Atlet lari cepat asal Prancis, Sounkamba Sylla, akan mengganti jilbabnya dengan topi untuk berpartisipasi dalam upacara pembukaan Olimpiade 2024. Langkah ini diambil sebagai kompromi setelah aturan negara tersebut mengancam untuk melarangnya ikut acara pembukaan karena mengenakan jilbab.
Seorang anggota tim estafet putri dan campuran Prancis 400 meter yang beragama Muslim mengungkapkan ketidakpuasannya karena tidak bisa berpartisipasi dalam upacara pembukaan hanya karena mengenakan jilbab. Situasi ini menyoroti ketegangan yang telah lama berlangsung terkait isu agama di Prancis.
Peraturan yang melarang atlet yang mewakili Prancis dari menampilkan simbol-simbol agama, termasuk jilbab, selama acara olahraga telah menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk kelompok hak asasi manusia dan PBB. Menteri olahraga Prancis, David Lappartient, mempertahankan kebijakan tersebut dengan alasan prinsip sekularisme yang menjadi bagian DNA negara tersebut.
Namun, pemerintah Prancis tampaknya ingin meredakan ketegangan dengan mencari solusi kreatif untuk masalah ini. Atlet seperti Sylla telah mencapai kesepakatan untuk tetap berpartisipasi dalam upacara pembukaan dengan mengenakan topi sebagai gantinya.
Meskipun langkah ini dianggap sebagai kompromi, beberapa atlet dan pihak lain masih menyuarakan ketidakpuasan terhadap peraturan Prancis yang dianggap mendiskriminasi atlet Muslim. Sebuah video yang diposting oleh petinju Australia, Tina Rahimi, menunjukkan dukungan bagi atlet-atlet yang harus menghadapi konflik serupa.
Pemerintah Prancis, melalui Menteri olahraga Amelie Oudea-Castera, berjanji untuk terus mencari solusi yang dapat memenuhi kebutuhan semua pihak. Meskipun demikian, perdebatan seputar pemakaian simbol agama dalam olahraga masih terus berlanjut.
Dalam hal ini, penting bagi semua pihak untuk tetap menghormati keyakinan dan identitas atlet-atlet yang berpartisipasi dalam Olimpiade. Semoga dengan adanya diskusi terbuka dan kerjasama antar semua pihak, masalah ini dapat diselesaikan dengan baik tanpa merugikan siapapun.